Patton dan Savicky membuat siklus proses kebijakan
sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah (define
the problem)
Alasan pemerintah menaikan harga BBM
biasanya terjadi akibat krisis ekonomi dan politik yang terjadi di
negara-negara penghasil minyak, mengakibatkan melambungkan harga Minyak Mentah
Indonesia (ICP) kemudian berimbas kepada APBN. Kenaikan harga BBM merupakan
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan APBN yang banyak dihabiskan
oleh subsidi. Naiknya harga minyak dunia memaksa pemerintah untuk melakukan
penyesuaian terhadap harga minyak di dalam negeri. Yaitu harga minyak dunia yang terlalu tinggi, yang
sekarang saja berada di harga US$ 107 per barel sehingga membuat subsidi BBM
membengkak dan memberatkan keuangan negara.
2. Menentukan kriteria evaluasi (determine
evaluation criteria), adapun indikator dalam pencarian nilai atau value dapat dicerminkan dari beberapa
hal di bawah ini:
a.
Efektivitas
Harga BBM dinaikkan pada tanggal 1
April 2012 sebesar Rp 6.000,00 per liternya.
b.
Efisiensi
Dengan dinaikkannya harga BBM,
maka beban subsidi APBN akan berkurang.
c.
Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalah
Kenaikan BBM akan menyebabkan
harga sembako naik, biaya produksi pun akan bertambah, sehingga akan
memberatkan masyarakat kecil.
d.
Equity / pemerataan
Dengan dinaikkannya harga BBM,
maka pemerintah akan mengeluarkan dana kompensasi pengurangan subsidi BBM
berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin.
e.
Responsiveness
Dengan adanya BLSM sebagai
pengganti kompensasi pengurangan subsidi BBM dimaksudkan agar rumah tangga
sasaran tidak merasakan dampak kenaikan BBM tersebut.
f.
Appropriateness/ketepatgunaan
Dikhawatirkan pemberian BLSM
tersebut tidak sesuai dan tidak tepat sasaran.
3. Mengidentifikasi
kebijakan-kebijakan alternatif (identify alternative policies)
Kebijakan alternatif selaian
menaikkan BBM dan pemberian BLSM, yaitu :
a.
Harga BBM tidak dinaikkan, namun yang perlu dinaikkan adalah pajak mobil
pribadi, karena pengguna mobil merupakan salah satu konsumen yang menggunakan
BBM yang bersubsidi, dengan adanya penaikkan pajak kendaraan dimaksud dapat
menekan pengunaan mobil pribadi.
b.
Dana BLSM yang sebesar Rp 25,6 Trilyun digunakan untuk membangun
infrastruktur di daerah-daerah rawan miskin, di daerah perbatasan, pembangunan
pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat, serta peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan dan kesehatan.
4. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan
alternatif (evaluate alternative policies)
a.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak mentah dunia, namun
mengapa kita masih perlu mengimpor minyak? Hal ini dikarenakan daya konsumsi
BBM yang sangat tinggi. Penyebabnya adalah penggunaan kendaraan pribadi yang
terlalu banyak, apabila pajak kendaraan mobil pribadi dinaikkan, maka asumsinya
adalah pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.
b.
Dana sebesar Rp 25,6 Trilyun tersebut apabila digunakan pembangunan
infrastruktur di daerah rawan kemiskinan dan di daerah perbatasan akan lebih
layak diterapkan apabila pemerintah hanya memberikan BLSM dimana per Rumah
Tangga Sasaran hanya mendapat Rp 150.000,00.
5. Menyeleksi kebijakan-kebijakan pilihan
(select preferred policy)
Prioritas pemerintah
saat ini yang paling tepat adalah menaikkan pajak kendaraan pribadi terutama
mobil, hal ini selain dapat menekan kepemilikan kendaraan, juga dapat
menurunkan konsumsi BBM bersubsidi, serta dapat meningkatan pendapatan negara.
6. Menerapkan kebijakan-kebijakan
pilihan (implement the preferred policy)
Perlu kerja keras
dalam menerapkan kebijakan di atas, dan juga perlu sinkronisasi antara pusat
dan daerah, selain itu juga aparatur negara pun harus konsisten menjalankan
kebijakan tersebut.
Dengan mengelola isu kenaikan harga BBM dan
menyatakan sikap penolakan, pemerintah dipaksa DPR utk melakukan negosiasi dan deal-deal politik. Dalam hal isu ini,
posisi tawar (bargaining position)
pemerintah lebih rendah daripada DPR. Pemerintah terdesak kebutuhan anggaran dan
tekanan masyarakat yang sengaja digawangi oleh DPR dengan berbagai macam dalih
dan argumentasi penolakan rencana kenaikan BBM tersebut. Akibatnya, demonstrasi
dan gejolak penolakan kenaikan harga BBM semakin kencang dan mulai menggangu
stabilitas politik, ekonomi, keamanan. Pemerintah terpaksa pontang-panting
menyelesaikan 2 (dua) masalah besar, yaitu: mengejar persetujuan DPR dan mengamankan
gejolak rakyat.
Dalam
hal ini, Pemerintah sangat serius mengamankan demonstrasi/aksi penolakan
kenaikan harga BBM karena juga dapat dimanfaatkan pihak-pihak lain untuk tujuan
tertentu. Tujuan tertentu pihak lain tersebut yang paling ditakutkan pemerintah
adalah penjatuhan kekuasaan SBY. Hal ini sangat mungkin karena reputasi dan
kredibiltas perintahan SBY sudah sangat rendah di mata rakyat. SBY dimata
publik sudah dinilai gagal dalam mewujudkan pemberantasan korupsi, mafia hukum,
narkoba, keamanan dan gejolak sosial.
No comments:
Post a Comment